Mengenal Apa Itu Puisi – Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah “puisi.”
Sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah, sepertinya puisi selalu menjadi bahasan menarik di mata pelajaran bahasa Indonesia.
Bersama Bapak/Ibu guru, kita diajak untuk mendalami apa definisinya, apa saja unsur-unsurnya, cara membuatnya, sampai contoh-contohnya.
Berbicara mengenai puisi, tentu kamu sudah tidak asing lagi dengan penyair seperti Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, ataupun Chairil Anwar.
Menurutmu, apa yang membuat puisi ketiganya begitu menarik?
Pemilihan pesannya? Pemilihan katanya? Atau mungkin penggunaan rimanya?
Yuk, coba refresh lagi ingatan waktu pelajaran bahasa Indonesia hihi.
Gimana? Sudah ingat? Yup, benar sekali! Ternyata memang semua itu termasuk sebagai kesatuan unsur yang saling berkaitan yang kemudian membentuk sajak yang kalian anggap bagus itu.
Untuk membahas lebih lanjut, yuk simak artikel ini sampai selesai!
Apa Itu Puisi?
Untuk memahami pengertiannya, kita bisa merujuk ke definisi yang tertera di laman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring.
Menurut KBBI puisi memiliki tiga arti yang dapat kita ambil kesimpulannya sebagai berikut: sebuah karya sastra atau gubahan bahasa berdasarkan pengalaman penciptanya yang terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan larik dan bait.
Nah, dalam definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci yang bisa kita analisis lebih jauh.
Pertama, adalah kalimat “sebuah karya sasta berdasarkan pengalaman penciptanya.”
Dari kalimat tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa puisis termasuk sebagai kategori tulisan fiksi.
Kemudian, ada juga kalimat, “… terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan larik dan bait.” yang akan kita analisis lebih dalam di sub-topik selanjutnya.
Baca juga: IELTS Journey: Penjelasan Lengkap dan Tips – Dian Nita Utami
Unsur-Unsur Puisi
Sebuah puisi atau sajak memiliki beberapa unsur sebagai berikut ini.
1. Irama
Seperti yang sudah tertera di definisi barusan, bahwa sajak terikat oleh irama. Apa itu irama?
Kalau kamu pernah memperhatikan, biasanya sebuah sajak memiliki bunyi yang sama di kata terakhir setiap barisnya.
Nah, bunyi yang sama itulah yang disebut sebagai irama yang dapat berfungsi sebagai pembangkit suasana dan emosi.
2. Majas
Karena berkaitan dengan membangkitkan emosi, maka sering menggunakan kalimat bermajas dan pembuatannya.
Ada banyak jenis majas yang sering digunakan, yang akan kubahas pada unggahan selanjutnya.
3. Kata-kata kiasan (konotasi)
Sedikit mirip dengan penggunaan majas, penggunaan kata-kata kiasan di sini juga bertujuan untuk meningkatkan penggambaran emosi oleh sang penyair.
Namun, kiasan ini lebih fokus pada pemaknaan kata-kata tertentu.
Misalnya seorang penyair menulis, “Belahlah dadaku agar kau tahu betapa tulus hatiku.”
Kalimat tersebut menyiratkan bahwa si penyair sangat tulus sampai rela dadanya terbelah.
Tentu tidak benar-benar terbelah ya.. ingat ini cuma kiasan hehe.
4. Simbol
Sesuai dengan namanya, simbol merupakan sesuatu yang memiliki makna tertentu.
Dalam hal ini, penyair sering menggunakan kata-kata khusus untuk mengisyaratkan simbol dari pesan yang ingin ia sampaikan.
Misalnya saja, penyair menggunakan kata “putih” untuk mengisyaratkan ketulusan atau kesucian.
5. Imaji
Sesuai dengan namanya, imaji berarti sesuatu yang dapat membangkitkan pikiran atau imajinasi.
Beberapa contoh imaji adalah penggunaan kata “terbakar”, “tersakiti”, dan “hangat.”
Baca juga: Ulasan Buku: Na Willa Karya Reda Gaudiamo – Dian Nita Utami
Rekomendasi Puisi
Terakhir, aku akan merekomendasikan beberapa puisi kesukaan.
Semoga bermanfaat untukmu yang sedang belajar ataupun mengeksplor berbagai sajak yang ada.
- “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono
- “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono
- “Aku” karya Chairil Anwar
- “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” karya Wiji Thukul
–
Kalau kamu suka tulisan semacam ini, bisa follow media sosial-ku juga di Twitter @whatdianreads
Karena di sana aku aktif berceloteh terkait buku, kegiatan menulis, produktivitas, dan masih banyak lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat, dan salam kenal! (´。• ω •。`)