gadis kretek karya ratih kumala

Ulasan Buku: Gadis Kretek Karya Ratih Kumala

Judul: Gadis Kretek
Pengarang: Ratih Kumala
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Ulasan Buku: Gadis Kretek Karya Ratih Kumala – Kita semua pasti pernah mendengar peringatan, “Hati-hati, rokok akan membunuhmu.”

Atau mungkin familiar juga dengan kalimat ini, “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.”

Namun, siapa sangka di balik kalimat peringatan bahaya tersebut terselip sebuah kisah yang penuh akan sejarah.

Sebuah kisah mengenai kecintaan seseorang terhadap keretek, yang kelak akan membawanya mengarungi berbagai hubungan pelik antar manusia.

Adalah Gadis Kretek, sebuah novel besutan Ratih Kumala ini sukses mengubah persepsiku mengenai makna keretek.

Di dalamnya sama sekali tidak ada kalimat persuasif mengenai bahaya mengonsumsi keretek.

Alih-alih demikian, Ratih Kumala justru membawakan nuansa baru mengenai bagaimana keretek dapat memberikan kebahagiaan bagi seseorang.

Bagaimana setiap hisapan dan hembusannya ibaratkan obat ajaib yang mampu mengeluarkan emosi negatif penikmatnya.

Saking bagusnya buku ini, aku merasa wajib untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan yang kudapatkan melalui artikel ini.

Namun, sebelum membaca lebih lanjut perlu dipahami bahwa ulasan di bawah ini mengandung beberapa spoiler. Selain itu, juga disarankan kamu sudah membaca Gadis Kretek, agar mendapatkan pemahaman utuh dari ulasan ini.

Jadi, mohon kebijaksanaan saat membacanya.

Anyway, happy reading!

Highlights Buku Gadis Kretek

1. Keretek dan Asma

Di halaman 63, tertulis sebuah kalimat yang bagaikan pengetahuan baru bagiku, “Awalnya, kandungan cengkih pada keretek memang terkenal bisa menyembuhkan asma.

Tentu saja, itu hanya sebuah asumsi yang berdasarkan kata “konon.”

Namun, tidak puas sampai di situ aku pun mencari-cari lagi sumber lain yang sekiranya bisa memberikan jawaban.

Sayangnya, sampai artikel ini dibuat aku belum menemukan artikel ilmiah yang benar-benar menjelaskan hubungan antara cengkih, keretek, dan asma.”

Salah satu informasi yang kudapatkan hanya penjelasan bahwa cengkih memang sering digunakan untuk meredakan asma. Caranya, dengan mengoleskan air dari ekstrak cengkih ke dada.

Nah, orang zaman dahulu berpikiran apabila cengkih bisa langsung masuk ke paru-paru maka khasiatnya akan semakin ampuh.

Oleh karena itu, lahirlah campuran keretek menggunakan cengkih.

Baca juga: Ulasan Buku: Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 – Dian Nita Utami

2. Dari tingwe sampai keretek

Ternyata selain keretek, terdapat jenis “rokok” lain yang sering masyarakat konsumsi.

Adalah tingwe, atau singkatan dari nglinthing dhewe yang merupakan frasa dari bahasa Jawa yang artinya “melinting sendiri.”

Dalam konteks yang lebih sempit, tingwe merupakan sebuah tindakan melinting atau meracik tembakau sendiri.

Karena melinting sendiri, maka tidak ada aturan baku mengenai rempah-rempah apa saja yang harus dimasukkan.

3. Keretek dan Penjajah

Sepanjang perkembangannya, keretek telah lama hidup bahkan sejak zaman penjajahan Belanda, kemudian Jepang.

Dalam Gadis Kretek, keberadaan keretek dalam sejarah ditampilkan melalui merebaknya industri pembuatan keretek.

Dalam hal ini, adalah Idroes Muria dan Soedjagad yang menjadi tokoh utamanya.

Dua orang yang sejatinya merupakan sejoli, tapi terpaksa saling menjauh karena mereka sama-sama menyukai seorang perempuan bernama Roemaisa.

Sebelum akhirnya berpisah, mereka berdua merupakan buruh di sebuah pabrik pembuatan keretek.

Oleh karena itu, tidak heran keduanya memiliki pengetahuan yang memadai terkait keretek dan tetek bengeknya.

Bermula dari situ, terbesit sebuah keinginan untuk membangun pabrik keretek sendiri yang sayangnya harus pupus karena ditawan penjajah.

Dalam beberapa narasi, dikisahkan pula mengenai para penjajah yang ternyata juga hobi mengonsumsi keretek buatan pribumi.

Baca juga: Ulasan Buku: Mata yang Enak Dipandang – Dian Nita Utami

4. Keretek dan Kemelut Politik

Setelah merdeka pun, ternyata keberlangsungan industri keretek tetap harus menghadapi ancaman.

Kala itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang popular-popularnya di kalangan masyarakat.

Oleh karena itu, tidak heran apabila ada banyak pengusaha yang ingin melakukan kerja sama bisnis dengan mereka.

Salah satunya adalah Soeraja, (mantan) kekasih Jeng Yah, anak dari Idroes Muria.

Waktu itu, ia sedang menggebu-gebu ingin mendirikan pabrik keretek sendiri.

Dalam perjuangannya tersebut, ia mengalami kendala modal yang tidak mencukupi.

Kebetulan, karena PKI sedang popular dan terlihat “banyak uang”, maka tidak segan-segan ia mendekati para petingginya untuk membiayai kebutuhan pembuatan keretek.

Berhasil merayu, Soeraja kemudian mengedarkan Keretek Tjap Arit Merah. Yang naasnya, harus terkena imbas tinta hitam pergerakan PKI tahun 1965.

5. Keretek dan Peliknya Asmara

Tidak hanya berkisah mengenai sejarah, Gadis Kretek juga menceritakan mengenai hubungan pelik asmara antar manusia.

Ada banyak kisah cinta dalam novel ini, tapi yang paling berkesan buatku adalah kisah antara Jeng Yah dan Soeraja.

Alih-alih membuat aku baper (bawa perasaan), justru kisah keduanya membuatku kesal.

Bagaimana tidak, Soeraja yang awalnya hanya pekerja serabutan yang tidak punya rumah, berhasil menggaet hati Jeng Yah dan bekerja di pabriknya.

Namun, harus runtuh hanya karena (menurutku) egonya sendiri. Karena bersikeras mengikuti ego, Soeraja harus rela kehilangan tidak hanya harta tapi juga Jeng Yah.

Waktu itu, PKI sedang diburu karena telah membunuh para jenderal. Akibatnya, keretek Tjap Arit dan empunya, Soeraja, harus menanggung curiga oleh banyak aparat.

Kejadian tersebutlah yang berimbas pada Jeng Yah dan keluarganya, sampai terpaksa harus menutup salah satu merek keretek mereka.

Kesimpulan

Seperti yang sudah kutulis sebelumnya, Gadis Kretek menghadirkan sudut pandang baru dalam memandang keretek.

Dibalut dengan drama hubungan manusia, novel ini sama sekali tidak terasa membosankan.

Cocok untukmu yang tertarik dengan seluk-beluk keretek, in a fun way.

Kalau kamu suka tulisan semacam ini, bisa follow media sosial-ku juga di Twitter @whatdianreads 

Karena di sana aku aktif berceloteh terkait buku, kegiatan menulis, produktivitas, dan masih banyak lagi. 

Semoga tulisan ini bermanfaat, dan salam kenal! (´。• ω •。`)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *