Judul: Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982
Pengarang: Cho Nam-Joo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Ulasan Buku: Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 – Beberapa hari lalu, aku telah menamatkan buku yang apik sekali. Buku mengenai potret realita kehidupan sebagai seorang perempuan.
Buku itu berjudul Kim Ji-yeong, Born 1982 atau Kim Ji yeong Lahir Tahun 1982 yang dikarang oleh Cho Nam-joo.
Ia adalah Kim Ji-yeong, seorang perempuan yang lahir di Korea Selatan tahun 1982.
Kim Ji-yeong hidup bersama nenek, ayah, ibu, kakak perempuan, dan adik laki-lakinya.
Dalam kehidupannya, Kim Ji-yeong mengalami berbagai tindak penyisihan, diskriminasi, intimidasi, bahkan pelecehan hanya karena ia terlahir sebagai seorang perempuan.
Ia adalah potret perwakilan perempuan, yang tidak hanya berlaku di Korea, tapi juga masyarakat secara universal.
Ada banyak sekali pelajaran dari buku ini, yang akan kurangkum dalam 5 poin berikut.
PERINGATAN: ulasan di bawah mengandung banyak spoiler.
Highlights Buku Kim Ji-yeong, Born 1982
1. Kelahiran Kim Ji-yeong
“Ah, seandainya aku bisa memilih, aku akan berharap memiliki anak laki-laki saja. Mereka pasti bisa aku andalkan.”
Di awal bab, dikisahkan ibu Kim Ji-yeong yang terlihat sangat stres karena mendapat tekanan dari ibu mertua dan suaminya bahwa ia harus bisa melahirkan anak laki-laki.
Mereka beranggapan dengan melahirkan anak laki-laki, maka kehidupan akan menjadi lebih mudah.
Bagi mereka, anak laki-laki lebih bisa diandalkan dan memiliki jiwa kepemimpinan yang hebat. Berbeda dengan anak perempuan yang terkesan malas dan manja.
Namun sayang, harapan kedua orang tua Kim Ji-yeong untuk memperoleh anak laki-laki terpaksa harus pupus. Karena setelah dua kali melahirkan, yang datang adalah anak perempuan.
Kim Eun-yeong sebagai anak pertama, dan Kim Ji-yeong sebagai anak kedua.
Tentu saja, kelahiran Kim Eun-yeong dan Kim Ji-yeong tidak disambut dengan hangat. Seolah-olah mereka berdua adalah anak yang tidak diharapkan.
Miris memang, melihat bagaimana konstruksi pola pikir bisa mengubah perilaku sedemikian drastisnya, membeda-bedakan manusia hanya dari jenis kelaminnya.
Bahkan, penulis menemukan data penguat bahwa pada masa itu pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana dan aborsi karena alasan medis adalah boleh secara hukum (Cho Nam Joo, 2022:26).
Yang membedakan sekaligus mengerikan adalah anak perempuan termasuk sebagai salah satu alasan medis untuk aborsi.
Dengan kata lain, seseorang boleh melakukan aborsi karena melahirkan anak perempuan.
Baca juga: Ulasan Buku: Mata yang Enak Dipandang – Dian Nita Utami
2. Masa kecil Kim Ji-yeong
Sedari kecil, Kim Ji-yeong dan kakaknya telah terdidik untuk membantu pekerjaan rumah. Mencuci piring, membersihkan kamar, sampai membantu pekerjaan sampingan ibunya.
Dalam kesibukannya itu, mereka mulai menyadari perbedaan yang sangat kontras dengan adik laki-lakinya.
Bagaimana Kim Ji-yeong dan kakaknya dituntut harus selalu membantu semua pekerjaan rumah, sementara adik laki-lakinya tidak.
Bukannya Kim Ji-yeong tidak paham. Ia tahu dan menyadari bahwa memang terdapat ketidakadilan yang terjadi antara ia dan kakaknya dengan adik laki-lakinya.
Dan semua itu hanya karena perbedaan jenis kelamin mereka.
3. Masa Sekolah Kim Ji-yeong
Tidak ada hal istimewa yang terjadi ketika Kim Ji-yeong akhirnya memasuki usia sekolah.
Itu dimulai ketika sekolah menetapkan aturan mengenai pakaian dan atribut yang harus digunakan.
Meski aturan tersebut berlaku baik bagi perempuan dan laki-laki, tapi pada kenyataannya laki-laki bebas mau mengikuti aturan tersebut atau tidak.
Suatu ketika, Kim Ji-yeong pernah protes dan hanya mendapat jawaban, “Ah, biarkan saja. Anak laki-laki kan sangat aktif dan kegiatannya banyak.”
Sebuah jawaban yang tidak masuk akal dan memuaskan, mengingat anak perempuan sebenarnya juga sama aktifnya dengan anak laki-laki.
Selain itu, pernah juga Kim Ji-yeong mengalami kenakalan oleh laki-laki. Misalnya saja, anak laki-laki itu dengan sengaja memukul lengan, membenturkan bahu, atau menghilangkan alat tulis yang ia pinjam.
Tentu saja, Kim Ji-yeong tidak tinggal diam. Ia melapor pada guru dan mendapat jawaban serupa yang tidak memuaskan, “Hahaha, anak laki-laki itu kelihatannya menyukaimu. Perilakunya yang terlihat menyebalkan itu sebenarnya menunjukkan seberapa besar ia menyukaimu.”
Baca juga: Ulasan Buku: Senyum Karyamin (diannitautami.com)
Kim Ji-yeong ingat sekali, bagaimana waktu itu kakak perempuannya harus merelakan mimpi untuk masuk universitas dan jurusan yang ia inginkan demi adik laki-lakinya.
Fenomena tersebut kemudian menjadi ketakutan tersendiri bagi Kim Ji-yeong. Apalagi mengingat kondisi ekonomi mereka yang belum begitu baik kala itu.
Namun, pada akhirnya Kim Ji-yeong berhasil masuk ke universitas.
Kendati demikian, ia tetap harus menghadapi kesulitan baik secara akademik maupun sosial.
Untuk mengisi waktu luang ia mengikuti banyak klub, salah satunya hiking.
Di sisi lain, setelah mengikuti kegiatan klub selama beberapa waktu, Kim Ji-yeong mulai menyadari sesuatu.
Meski para kakak-kakak senior memperlakukan perempuan dengan sangat baik, tapi entah mengapa mereka tetap tidak mengizinkan perempuan untuk naik sebagai ketua.
Tentu hal tersebut membuat kesal beberapa teman perempuan Kim Ji-yeong yang berniat mencalonkan diri menjadi ketua.
4. Saat Kim Ji-yeong mencari pekerjaan
Setelah lulus, Kim Ji-yeong harus menerima kenyataan bahwa mencari pekerjaan tidak semudah yang ia pikirkan. Terlebih lagi ia adalah perempuan.
Bahkan, dalam kesempatan wawancaranya Kim Ji-yeong terpaksa harus menelan pil pahit karena telah dilecehkan secara verbal oleh interviewer-nya.
Ketika ia melakukan protes pun, lagi-lagi hanya mendapat jawaban yang tidak memuaskan.
Seperti yang tertera di kutipan halaman di atas.
Butuh banyak perjuangan sampai akhirnya ia diterima di sebuah agensi kehumasan.
Namun, sepertinya Kim Ji-yeong memang tidak boleh beristirahat barang sejenak. Karena selain menanggung beban kerja yang banyak, ia juga harus menghadapi berbagai perilaku menyebalkan dari rekan kerjanya.
Suatu waktu di acara pertemuan, Kim Ji-yeong pernah terkena pelecehan secara terang-terangan. Klien itu berkata Kim Ji-yeong adalah “gadis doenjang” (baca: sebuah istilah untuk merendahkan wanita).
Kejadian tidak mengenakkan tersebut terus berlanjut hingga pada puncaknya terdapat seorang oknum yang memasang kamera tersembunyi di toilet perempuan.
Mirisnya lagi, foto dan video dari kamera tersebut kemudian dijual di situs tidak senonoh.
5. Kehidupan Kim Ji-yeong setelah menikah
Ketika memutuskan menikah, Kim Ji-yeong harus rela melepas posisinya sebagai karyawan perusahaan.
Ia harus merelakan mimpinya sebagai seorang perempuan pekerja.
Tidak hanya itu, ia juga harus rela menghadapi tekanan dari keluarganya yang menuntut ia bisa melahirkan anak laki-laki, sama seperti ibunya dulu.
Setelah hamil pun, ia tetap harus membantu pekerjaan baik di rumah sendiri maupun rumah mertuanya. Pokoknya, ia tidak boleh istirahat.
Seusai melahirkan, pekerjaannya semakin bertambah. Ia ingin mencari pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan.
Tentu saja, pekerjaan untuk ibu yang mempunyai anak susah untuk ditemui.
Namun sekeras-kerasnya Kim Ji-yeong berjuang, masyarakat sekitar tetap memandang remeh dirinya.
Pernah suatu ketika, setelah dari perjalanan panjang Kim Ji-yeong mampir sebentar untuk membeli kopi diskonan. Sebuah kegiatan yang sangat jarang ia lakukan semenjak memiliki anak.
Ketika sedang menikmati kopi, terdengar orang-orang berbisik mengenai ia yang tidak tahu malu bersantai sambil minum kopi sedangkan suaminya sibuk bekerja.
Baca juga: Ulasan buku: Kumpulan Cerita Rakyat Jepang – Dian Nita Utami
Kesimpulan
Buku ini membawakan narasi mengenai berbagai konsekuensi pahit terlahir sebagai seorang perempuan.
Dengan narasi yang lugas dan tidak banyak memiliki kiasan, Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 dapat kamu jadikan sebagai teman untuk memahami dunia yang ada di sekitar perempuan.
Sebuah buku yang selain melahirkan perasaan getir, tapi juga lega.
Lega karena ternyata tidak hanya aku, kamu, kita sendiri yang mengalami berbagai bentuk ketidakadilan.
–
Kalau kamu suka tulisan semacam ini, bisa follow media sosial-ku juga di Twitter @whatdianreads
Karena di sana aku aktif berceloteh terkait buku, kegiatan menulis, produktivitas, dan masih banyak lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat, dan salam kenal! (´。• ω •。`)