Judul: Re dan Perempuan
Pengarang: Maman Suherman
Penerbit: POP
Potret Hidup Re oleh Maman Suherman – Kalau ada satu buku yang menurut saya bisa mengubah pandangan orang mengenai prostitusi, tak lain tak bukan adalah Re dan Perempuan.
Cerita sedikit, saya tidak sengaja tahu buku ini dari seorang kenalan, saat sesi baca bareng kala itu. “Eh, kalau kamu suka baca buku tentang perempuan, nih aku punya rekomendasi buku lain yang nggak kalah bagus. Judulnya Re dan Perempuan karya Maman Suherman.”
Kemudian, ia lanjut menceritakan sinopsis singkat dari buku tersebut. Sejak pertama dengar, sebenarnya saya sudah terpikat dan penasaran ingin membaca. Namun, saat besoknya pergi ke toko buku untuk mencari, ternyata buku yang saya sangat inginkan itu stoknya tidak ada.
Begitu terus sampai beberapa minggu selanjutnya. Bahkan, mungkin Mas-Mas penjaga tokonya sudah hafal dengan saya. Saking seringnya saya mondar-mandir ke sana untuk mencari buku tersebut, hehe.
Untungnya pencarian saya berakhir baik. Akhirnya, setelah beberapa waktu, terpenuhi juga keinginan untuk menikmati ramuan cerita Kang Maman ini.
Sungguh, ketika membaca saya tidak henti-hentinya berdecak kagum. Salut dengan dedikasi Kang Maman untuk menemukan dan menceritakan kehidupan Re, secuil dari sekian banyak perempuan yang nasibnya kurang beruntung, dengan apik.
Berikut akan saya ceritakan betapa dahsyatnya kehidupan Re. Namun, sebelum itu perlu kamu ketahui bahwa ada banyak adegan dewasa dan sadis dalam buku ini. Oleh karena itu, mohon untuk membaca dengan bijak, ya.
Sinopsis
Adalah Re, seorang perempuan pekerja seks di salah satu daerah di ibu kota. Sebenarnya, tidak ada niat dalam diri Re untuk menginjakkan kakinya ke ranah industri seks. Namun, perjalanan hidup menuntun atau mungkin memaksanya untuk masuk ke dunia tersebut.
Awalnya, ia adalah seorang perempuan biasa yang tinggal di Bandung bersama nenek, ibu, dan ayahnya. Ya, ia memang perempuan biasa, tapi tidak dengan keluarganya, terutama sang nenek.
Nenek tidak suka dengan Re, sehingga ia sering memarahi Re bahkan untuk kesalahan kecil sekalipun. Perlakuannya itu membuat Re tidak betah berada di rumah dan memutuskan untuk mencari kebebasan di luar.
Dalam perjalanannya tersebut, Re hamil dan memutuskan untuk pergi jauh-jauh dari rumahnya. Re ingin menghindari sang nenek dan segala sumpah serapahnya yang pasti ia ucapkan apabila tahu kalau Re hamil.
Dalam pelariannya, Re bertemu dengan Mami Lani. Wanita yang menurutnya bagai malaikat, tapi ternyata memasang perangkap keji untuk menjebak Re. Mulai dari pertemuannya dengan Mami Lani inilah, kisah Re yang sebenarnya dimulai.
Ada dua cerita utama dalam buku ini. Pertama, cerita tentang kehidupan Re. Mulai dari perannya sebagai ibu sampai pelaku aktivitas pelacuran lesbian. Kedua, cerita tentang masa depan anak Re, Melur.
Baca juga: Ulasan Buku: Petualangan Jack & Piggy Natal – Dian Nita Utami
Highlights Bacaan
Ada banyak sekali hal menarik yang saya temukan di buku ini. Mulai dari pengetahuan tentang dunia pelacuran sampai kritik sosial terhadap kehidupan. Berikut adalah rangkuman lengkapnya.
1. Kematian Adalah Hal Biasa
Awal baca buku ini, saya langsung disambut dengan adegan penuh kengerian. Sinta, teman seperjuangan Re, mati terlindas mobil.
Deskripsi tentang kematian Sinta yang dituliskan oleh Kang Maman benar-benar terasanya nyata, sampai saya seolah-olah ikut menyaksikan adegan kengerian tersebut.
Tidak hanya pada awal buku, ternyata peristiwa kematian yang mengenaskan juga saya temukan beberapa kali pada bab selanjutnya. Seolah-olah kematian merupakan hal yang biasa terjadi dalam dunia pelacuran.
Beberapa kematian terjadi begitu saja, tapi beberapa yang lain terjadi karena memang telah direncanakan. Setidaknya, begitulah kecurigaan Re. Ia merasa bahwa beberapa kematian temannya memang direncanakan oleh penguasa mereka, Mami Lani.
Menurut Re, Mami Lani tidak suka apabila ada salah satu pelacurnya yang bertindak di luar keinginannya. Misalnya, menjalin hubungan asmara dengan pelanggan. Apabila terus dibiarkan, hal tersebut bisa mengancam keberlangsungan bisnis Mami Lani.
Oleh karena itu, Mami Lani menggunakan cara kasar untuk menumpas segala “gangguan-gangguan” tersebut.
Fenomena ini menjadi pengetahuan baru bagi saya. Bagaimana pelaku pelacuran sebenarnya jauh dari justifikasi masyarakat terhadap mereka, hidup enak dan bergelimang harta. Meski tidak menutup kemungkinan memang ada beberapa yang seperti itu.
Namun, Re dan teman-temannya menjadi bukti bahwa ada juga pelaku pelacuran yang menjadi kelompok rentan akan ketidakadilan, bahkan kematian.
2. Lebih Dekat dengan Istilah-Istilah Prostitusi
Salah satu yang saya syukuri ketika membaca buku ini adalah semakin bertambahnya kosakata saya mengenai dunia prostitusi dan teman-temannya.
Beberapa memang sudah saya sering dengar dalam kehidupan sehari-hari, tapi saya tidak terlalu mengerti apa artinya.
Dalam buku ini, terdapat beberapa istilah menarik, yang mungkin juga ingin kamu ketahui. Berikut adalah daftarnya.
- Sentul: lesbian yang dalam hubungan seksual berperan sebagai laki-laki
- Lines: lesbian
- Tege: tante girang
- Pecun: perek culun, perek pecundang, perek beracun
- Perek: perempuan eksperimen atau wanita tunasusila
Baca juga: Ulasan Buku: Na Willa Karya Reda Gaudiamo – Dian Nita Utami
3. Bukan Ngarang, Ini Kisah Nyata!
Salah satu aspek yang membuat saya tertarik membaca buku ini adalah karena dilakukan berdasarkan penelitian. Ya, buku Re dan Perempuan merupakan cerita dari proses dan hasil skripsi Kang Maman, selaku mahasiswa kriminologi.
Oleh karena itu, jangan heran apabila di dalamnya kamu menemukan banyak istilah-istilah kriminologi. Misalnya, viktimologi, sebuah istilah yang menjelaskan peran korban dalam sebuah kejahatan. Hubungannya dengan pelaku dan sistem peradilan.
Selain itu, karena ini merupakan kisah nyata, membuat saya berkali-kali berdecak heran, “Kok ada ya kisah semengerikan seperti ini.”
Di sisi lain, saya juga tak henti-hentinya kagum kepada Kang Maman yang mampu bertahan meneliti selama bertahun-tahun. Saya membayangkan bagaimana sulitnya menghadapi berbagai tantangan, yang bahkan bisa mengancam nyawa. Salut!
4. Dunia Prostitusi Selain Bercinta
Nyatanya, membicarakan prostitusi tidak selalu hanya berkutat pada aktivitas seks. Ada banyak hal lain yang menarik untuk dibicarakan, seperti yang dihadirkan oleh Kang Maman dalam buku ini.
Di buku ini, kamu akan menemukan banyak narasi menarik mengenai dunia sosial dalam aktivitas prostitusi. Misalnya, terkait human trafficking, kesenjangan gender, kekerasan seksual, penyebaran PMS (Penyakit Menular Seksual), dan penyiksaan.
Lagi-lagi, saya kagum dengan Kang Maman yang mampu mendeskripsikan hal tersebut dengan sederhana tapi tetap menyentil nalar. Kang Maman berhasil membawa saya menyelami kelamnya dunia lain dari prostitusi.
Berkaitan dengan hal ini, saya jadi teringat akan deskripsi Kang Maman mengenai bobroknya jurnalis ketika memberitakan mengenai matinya salah satu pelacur. Alih-alih memberitakan fakta, mereka malah sibuk menyisipkan opini pribadi yang sarat akan penghakiman.
Itu adalah salah satu dari banyaknya contoh ketidakadilan yang harus dihadapi oleh pelaku prostitusi.
5. Re dan Melur
Di dalam busuknya bisnis prostitusi, terselip kisah sedih dan mengharukan antara Re dan anaknya, Melur.
Seperti yang saya singgung di awal, bahwa Re pernah hamil di luar nikah. Karena malu, akhirnya ia melarikan diri dan bertemu dengan Mami Lani. Awalnya, Mami Lani memang bersikap baik terhadap Re. Ia menyediakan tempat dan segala hal yang Re butuhkan.
Namun, kebaikan tersebut berubah jadi seringai kejam tatkala Re akan melahirkan. Di titik itu, Mami Lani langsung bersikap garang dan memberitahu Re mengenai biaya yang harus ia bayar. Ya, kebaikan Mami Lani ternyata tidak gratis, Re harus membayar semua itu.
Re yang pada saat itu baru saja melarikan diri, tentu saja tidak memiliki harta yang cukup untuk membayar semua biaya tersebut. Akhirnya, Re terpaksa masuk ke perangkap Mami Lani untuk menjadi pelacurnya.
Bagaimana dengan nasib anaknya? Re menitipkan anaknya, Melur, ke sepasang suami istri yang memang tidak memiliki keturunan. Re juga berpesan kepada mereka untuk merahasiakan fakta bahwa ia adalah ibu kandung Melur.
Menurut Re, ia tidak ingin Melur diasuh oleh perempuan hina sepertinya. Biarlah ia harus menahan derita tak berkesudahan, asalkan Melur bisa hidup dengan baik dan normal.
Bagi saya, kisah keduanya bagai secercah kehangatan pada dinginnya dunia prostitusi. Saya tidak bisa membayangkan betapa tegarnya Re menghadapi situasi seperti itu.
Di masa depan, harapan Re kepada Melur terwujud. Melur hidup dengan baik dan mampu menempuh pendidikan tinggi, bahkan sampai ke luar negeri. Bagi saya, ini seperti bukti bahwa doa seorang ibu memang demikian manjur dan ajaib.
Kesimpulan
Setelah membaca Re dan Perempuan, saya jadi semakin sadar bahwa ada banyak fakta sosial yang terjadi dalam dunia prostitusi. Melalui buku ini, saya diajak pelan-pelan untuk membuka dan memahami tirai tersebut.
Bisa saya simpulkan bahwa Re dan Perempuan adalah buku yang asik dibaca, terlebih bagi kamu yang memang penasaran atau ingin memahami lebih dalam mengenai dunia prostitusi.
–
Kalau kamu suka tulisan semacam ini, bisa follow media sosial-ku juga di Twitter @whatdianreads
Karena di sana aku aktif berceloteh terkait buku, kegiatan menulis, produktivitas, dan masih banyak lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat, dan salam kenal! (´。• ω •。`)